SIOsport, Manchester: Di musim lalu, debut striker muda asal Meksiko Javier Hernandez Balcazar bersama Manchester United pantas diacungi jempol. Meskipun berstatus pemain “pemula”, Chicharito, panggilan akrab Javier Hernandez, mampu tampil produktif, mencetak 20 gol di semua ajang kompetisi, 13 di antaranya tercipta dari 27 partai di Liga Premier.
Namun, di musim ini, rapor Chicharito mulai menunjukkan tanda-tanda kemandulan. Setelah sempat absen di laga-laga awal menyusul cedera engkel, Chicharito tak kunjung dapat meniru performa gemilangnya di musim lalu. Karenanya, tak berlebihan jika Chicharito terkena “sindrom musim kedua”.
Sindrom musim kedua adalah ungkapan yang mulai populer di kancah premiership—sejak format baru diberlakukan 1992—yang menunjuk kemunduran prestasi klub semusim setelah berhasil meraih tiket promosi. Maksudnya, sebagian besar klub promosi bakal menemui kesulitan mempertahankan statusnya di musim keduanya berkiprah di level tertinggi.
Lambat laun, sindrom musim kedua ini pun “menular” pada para pemain. Hal mana diakui sendiri Chicharito. Bomber muda yang mencuat namanya di PD 2010 lalu itu menunjuk sejumlah faktor yang membuat musim keduanya bersama Setan Merah lebih sulit ketimbang musim lalu. “Banyak faktor yang menyebabkannya. Semisal, di musim ini saya lebih banyak didera cedera dibanding musim lalu. Meski demikian, saya tetap enjoy,” aku Chicharito.
Chicharito yakin betul jika dari musim ke musim ia akan menemui rintangan atau kendala yang lebih sulit. Pasalnya, para pemain dan manajer klub lawan telah mengetahui gaya dan pola permainannya. “Saya pikir, kesulitan itu bakal bertambah setiap musimnya. Di musim pertama, bukan hanya bek, para manajer pun tak tahu siapa dan bagaimana penampilan saya,” terang Hernandez.
Karenanya, “Di musim ketiga dan keempat, mereka (lawan) bakal lebih tahu dengan kekuatan saya. Namun, saya tak khawatir. Saya hanya butuh bekerja lebih baik lagi. Sebab, sejumlah striker hebat yang tampil di premiership pun memerlukan waktu yang cukup lama untuk tetap bermain konsisten di level tertinggi seperti Wayne (Rooney), (Robin) Van Persie, dan (Didier) Drogba,” tegasnya.
Selain soal cedera dan lawan, faktor lain yang membuat aksi Chicharito tak secerah seperti sinarnya di musim lalu disebabkan ketatnya persaingan di lini depan MU seiring dengan berkembangnya penampilan Danny Welbneck dan kembalinya striker senior Dimitar Berbatov.
“Setiap orang pastinya tahu jika Berba adalah pemain brilian. Sentuhan dan tekniknya luar biasa. Lalu, kami mempunyai Wazza yang merupakan pemain kelas dunia. Ada lagi Danny Welbeck yang tampil sangat gemilang di musim ini. Selain itu, kami masih memiliki Kiko (Federico Macheda), striker bagus yang dipinjamkan ke QPR dan Mame (Diouf). Kami punya sederet pemain tangguh di sektor depan. Pun demikian halnya dengan posisi lainnya,” tandas Hernandez.(MEG/Daily Star)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya