Diantara peristiwa bulan saban yang punya nilai sangat penting adalah perubahan arah kiblat dari mengarah ke kabah kemudian dirubah menghadap ke baitul maqdis dipalestina, pada saat beliau menginjakan kakinya di kota madinah datanglah perintah kepada Rasullah untuk merubah arah kiblat yaitu dari menghadap ka’bah pindah menghadap baitil maqdis. Yang mana pada prinsipnya Rasulullah mengarah kemanapun tidak ada masalah karena yang disembah hanya Allah Taala.
Didalam kota madinah terdapat sekelompok penduduk yahudi dan nasrani yang mana mereka pada dasarnya benci dan memusuhi islam [ Rasulullah ] seperti yang tertera dalam Alquran tidak akan rela orang yahudi dan nasoro kepada orang islam sampai orang islam itu masuk pada agama mereka. Disaat pemindahan kiblat ini, mereka mulai menyebarkan fitnah-fitnah yang menyebabkan sebagian para muallaf [ orang yang baru masuk islam ] dan orang yang lemah keislaman dan keimanannya, dengan cara mereka mengatakan lihatlah Muhammad pemimpin kalian itu yang telah melanat, menghina dan menggunjing kami tetapi dia menghadap ke kiblat kami .
Dan sejak kejadian itu Rasulullah sering menengadahkan wajahnya yang mulia ke langit, mengharap pada Allah untuk memindahkan kembali kiblat [menghadap kabah ], seperti yang telah tertera dalam Al Quran: sungguh Kami [sering ] melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu kea rah masjidil harom. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.. dan sesungguhnya orang (yahudi dan nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling kemasjidil haram adalah dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Setelah turunnya ayat ini maka hati beliau sangat senang dan muka beliau berseri seri karena pengharapannya dikabulkan oleh Allah. Dan dari ayat ini dapat kita simpulkan bahwa perhatian dan kecintaan Allah kepada rasulullah amat besar sekali. Allah tidak mau beliau bersedih, tidak mau diri beliau terganggu, lebih lebih gangguan dari orang musyrik ( yahudi dan nasrani ) yang telah mendustakan beliau. Karena Nabi Muhammad adalah Habibullah ( kekasih Allah ).
Seperti yang telah diriwayatkan, ketika Nabi Muhammad bertanya pada Allah wahai Allah engkau telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kholilullah dan Nabi Musa sebagai Kalimullah dan Nabi Isa sebagai Ruhullah, maka kamu jadikan aku sebagai apa wahai Allah ? Maka Allah menjawab engkau adalah Habibullah (kekasihku ) wahai Muhammad . Jadi pastilah Allah Taala tidak senang dan tidak rela melihat kekasihnya terganggu.
Didalam kota madinah terdapat sekelompok penduduk yahudi dan nasrani yang mana mereka pada dasarnya benci dan memusuhi islam [ Rasulullah ] seperti yang tertera dalam Alquran tidak akan rela orang yahudi dan nasoro kepada orang islam sampai orang islam itu masuk pada agama mereka. Disaat pemindahan kiblat ini, mereka mulai menyebarkan fitnah-fitnah yang menyebabkan sebagian para muallaf [ orang yang baru masuk islam ] dan orang yang lemah keislaman dan keimanannya, dengan cara mereka mengatakan lihatlah Muhammad pemimpin kalian itu yang telah melanat, menghina dan menggunjing kami tetapi dia menghadap ke kiblat kami .
Dan sejak kejadian itu Rasulullah sering menengadahkan wajahnya yang mulia ke langit, mengharap pada Allah untuk memindahkan kembali kiblat [menghadap kabah ], seperti yang telah tertera dalam Al Quran: sungguh Kami [sering ] melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu kea rah masjidil harom. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.. dan sesungguhnya orang (yahudi dan nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling kemasjidil haram adalah dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Setelah turunnya ayat ini maka hati beliau sangat senang dan muka beliau berseri seri karena pengharapannya dikabulkan oleh Allah. Dan dari ayat ini dapat kita simpulkan bahwa perhatian dan kecintaan Allah kepada rasulullah amat besar sekali. Allah tidak mau beliau bersedih, tidak mau diri beliau terganggu, lebih lebih gangguan dari orang musyrik ( yahudi dan nasrani ) yang telah mendustakan beliau. Karena Nabi Muhammad adalah Habibullah ( kekasih Allah ).
Seperti yang telah diriwayatkan, ketika Nabi Muhammad bertanya pada Allah wahai Allah engkau telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kholilullah dan Nabi Musa sebagai Kalimullah dan Nabi Isa sebagai Ruhullah, maka kamu jadikan aku sebagai apa wahai Allah ? Maka Allah menjawab engkau adalah Habibullah (kekasihku ) wahai Muhammad . Jadi pastilah Allah Taala tidak senang dan tidak rela melihat kekasihnya terganggu.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya