“Pelaku sudah mempelajari korban yang akan disasar dan menggiring opini agar terjadi konflik antaretnis di Aceh,” kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar dalam konferensi pers, di Kantor Kontras, Jakarta, Minggu (8/1).
Dijelaskan Haris cirri terlatih terlihat dari ciri insiden penembakan yang memiliki kesamaan. Yaitu pelaku menembak dengan cepat lalu menghilang, pelaku menggunakan helm sebagai penutup wajah dan menggunakan motor agar cepat menghilang, tembakan dilakukan pada sekumpulan orang tanpa menyasar individu tertentu, korban merupakan warga pendatang atau yang diindikasikan pelaku sebagai pendatang, dilakukan menjelang malam disaat korban berkumpul atau beristirahat, pelaku sudah memiliki informasi sebelumnya, dan pelaku menggunakan senjata laras panjang.
Peristiwa penembakan juga tidak mendekati ciri-ciri terorisme, dan tindakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM), atau sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) Aceh.
Kontras mensinyalir rangkaian peristiwa penembakan tersebut diciptakan dengan memanfaatkan sengketa Pilkada di Aceh. "Ini kekerasan politik yang dilakukan kelompok ekstraordinary, yang punya kemampuan-kemampuan, untuk menciptakan kekacauan, disintegrasi, dan konflik baru," ujar Haris.
Seeblumnya dilaporkan insiden ini memakan sedikitnya sembilan orang tewas dan satu orang kritis. Sementara 13 orang lainnya luka-luka.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya