sebenarnya apa sih bakat itu? Apakah
saya punya bakat? Makhluk semesterius apa sih bakat itu? Dimana bakat saya?
Bagaimana cara menemukannya? Kepada siapa sebetulnya saya harus bertanya
tentang bakat saya? Dan seterusnya.
Sebelum kita membahas
pertanyaan-pertanyaan semacam di atas,admin ingin mengatakan bahwa bakat
menurut penjelasan teoritisnya memang punya wilayah bahasan yang cukup luas. Di
dalam literatur ilmiah, ada istilah talent, ada istilah giftedness, ada istilah
traits, ada istilah intelligence seperti dalam “multiple intelligence,
aptitude, dan seterusnya. Selain harus berurusan dengan istilah-istilah yang
mungkin tidak dimengerti bagi kebanyakan orang, pun juga tidak semua orang
“boleh” memberikan penilaian tentang bakat seseorang. Hanya bagi orang-orang
yang sudah bersertifikat di bidang ini yang “disahkan” memberikan penilaian.
Tetapi, bakat dalam pengertian bahasa
atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan
alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan
orang lain. Kamus Advance, misalnya, mengartikan talent dengan “natural power
to do something well.” Dalam kamus Marriam-Webster’s, dikatakan “natural
endowments of person.” Dalam percakapan sehari-hari kita sering mengatakan si
anu berbakat di nyanyi, di bisnis, di IT dan seterusnya.
Rupanya, bakat dalam pengertian kedua
ini juga dipakai oleh Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Harvard University
yang sering berkolaborsi dengan Howard Gardner dalam membahas kecerdasan. Dalam
tulisannya, Little Geniuses, yang pernah diterbitkan majalah Parenting (1989),
ia menjelaskan, bakat manusia bisa muncul dalam berbagai bentuk. Perhatikan
daftar kemampuan (ability) di bawah ini lalu deteksi mana yang paling kuat di
dalam diri Anda:
- Acting Ability (akting / gerakan)
- Adventuresomeness (kepetualangan)
- Aesthetic perceptiveness (estitika)
- Artistic Talent (artistik)
- Athletic prowess (ke-atlit-an)
- Common sense (pengetahuan umum)
- Compassion (peduli orang lain, mudah tersentuh)
- Courage (keberanian)
- Creativity (kreativitas)
- Emotional maturity (kematangan emosi)
- Excellent memory (kehebatan menyimpan data / menghafal)
- Imagination (imajinasi)
- Inquiring mind (keingintahuan)
- Intuition (intuisi)
- Inventiveness (daya cipta, penemuan)
- Knowledge of a given subject (Pengetahuan spesifik)
- Leadership abilities (kepemimpinan)
- Literary aptitude (bakat kesastraan)
- Logical-reasoning ability (kemampuan berlogika)
- Manual dexterity (ketangkasan manual / ketrampilan tangan)
- Mathematical ability (kemampuan matematis)
- Mechanical know-how (penguasaan mekanis)
- Moral character (karakter moral)
- Musicality (permusikan)
- Passionate interest in a specific topic (kegairahan mengikuti / mendalami topik tertentu)
- Patience (kesabaran)
- Persistence (ketangguhan)
- Physical coordination (kerapian fisik)
- Political astuteness (kelihaian berpolitik)
- Problem-solving capacity (kemampuan menghadapi masalah)
- Reflectiveness (kemampuan merefleksikan)
- Resourcefulness (kepandaian mengatasi masalah)
- Self-discipline (disiplin-diri)
- Sense of humor (naluri melucu)
- Social savvy (pemahaman sosial)
- Spiritual sensibility (ketajaman spiritual)
- Strong will (kemauan keras)
- Verbal ability (kemampuan mengungkapkan secara verbal)
Daftar di atas baru sebagian dari
sekian. Masih banyak kemampuan alamiah manusia yang belum atau tidak bisa
dijabarkan. Dan lagi, kalau kita perhatikan praktek hidup, amat sangat jarang
ada orang yang hanya diberi satu kemampuan dari daftar di atas. Dalam diri
setiap manusia ada sekian kemampuan dari daftar di atas. Orang yang hebat di
bidang IT/Informatika Komputer tidak berarti hanya dibekali kemampuan tekun dalam meng-otak-atik
komputer. Ia juga punya kemauan keras, punya disiplin, kreatif, mau mempelajari
hal-hal baru dan seterusnya. Seorang tokoh agama tidak berarti hanya dibekali
kemampuan spiritual sensibility saja. Ia juga punya kemampuan lain yang
mendukung keunggulannya, seperti verbal, sosial, dan lain-lain.
Hal lain yang perlu kita ingat adalah
penjelasan Dr. Sternberg, pakar Psikologi dari Yale University (Practical
Intelligence, John Meunier, Fall, 2003). Selama bertahun-tahun mengkaji
kemampuan manusia, ia berkesimpulan bahwa kemampuan manusia itu bukanlah sebuah
kemampuan yang sifatnya sudah baku pada satu bentuk atau titik tertentu (not
fixed ability), tetapi sebuah kemampuan yang sifatnya terus berkembang
(developing abilities).
Jago Copy Blogspot
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya