HOME
HEADLINE NEWS :
 

Sabtu

Lazio: Klub Sepak Bola Pertama di Roma

0 komentar
Società Sportiva Lazio (S.S. Lazio) atau yang biasa disebut Lazio, adalah klub sepak bola profesional Italia yang bermarkas di Roma. Warna tradisional kostum Lazio adalah kaus dan celana biru langit, serta kaus kaki putih. Tim sepak bola yang didirikan pada tahun 1900 ini bermain di kasta tertinggi kompetisi sepak bola Italia, Serie A.

Sepanjang sejarahnya, Lazio hampir selalu berada di jajaran tertinggi sepak bola Italia. Lazio telah dua kali menjuarai kompetisi Serie A dan memenangi Coppa Italia sebanyak lima kali. Lazio juga telah tiga kali memenangi Supercoppa Italiana. Di level Eropa, Lazio pernah menjuarai UEFA Cup Winners' Cup dan UEFA Super Cup, masing-masing satu kali.

Sukses besar pertama klub Lazio diraih pada tahun 1958, ketika mereka memenangi Coppa Italia. Pada tahun 1974, Lazio memenangi gelar juara Serie A untuk pertama kalinya. Tahun-tahun berikutnya Lazio mengalami periode tersukses dalam sejarah mereka dengan memenangi UEFA Cup Winners' Cup dan UEFA Super Cup pada tahun 1999, serta gelar Serie A pada tahun 2000. Pada tahun 1998, untuk kali pertama Lazio  mencapai final UEFA Cup.

Lazio - Sejarah Klub Liga Italia Serie A Lazio

Società Podistica Lazio didirikan pada tanggal 9 January 1900 Distrik Prati, Roma. Lazio merupakan tim sepak bola pertama di Roma. Pada tahun 1912 Lazio segera mengikuti kompetisi liga begitu Federasi Sepak Bola Italia mulai mengorganisasi kejuaraan-kejuaraan di Italia tengah dan selatan. Lazio tiga kali mencapai final playoff kejuaraan nasional sebanyak tiga kali, tapi mereka tidak pernah menang.

Pada tahun 1913 Lazio kalah dari Pro Vercelli. Kemudian, pada tahun 1914 Lazio dikalahkan Casale. Terakhir, pada tahun 1923 ambisi Lazio untuk memenangi final playoff digagalkan oleh Genoa 1893. Pada tahun 1927 Lazio menjadi satu-satunya klub besar di Roma yang bertahan dari desakan rezim Fasis untuk menggabungkan tim-tim Kota Roma ke dalam sebuah klub, yang kemudian menjadi A.S. Roma. Lazio bisa bertahan karena campur tangan Giorgio Vaccaro, seorang jenderal yang berpengaruh di bidang olahraga.

Sebagai pendukung sejati Lazio, Giorgio Vaccaro membela hak klub untuk menjaga identitasnya. Lazio kemudian menjadi lawan tunggal tim baru yang menyatukan klub-klub lain di ibu kota, A.S. Roma. Dengan dipimpin oleh striker legendaris Italia, Silvio Piola, Lazio mengikuti Serie A ketika kompetisi tersebut kali pertama digulirkan pada tahun 1929. Pada tahun 1937, Lazio mengakhiri kompetisi dengan menempati posisi kedua. Hasil ini merupakan pencapaian tertinggi Lazio pada masa sebelum Perang Dunia II.

Sepak Terjang Lazio dari Musim ke Musim Liga Italia Serie A

Pada tahun 1950-an, Lazio kadang berada di papan tengah dan kadang berada di papan atas klasemen akhir kompetisi. Pada tahun 1958, Lazio memenangi Coppa Italia. Namun, memasuki dasawarsa tahun 1960-an, performa Lazio mulai menurun. Lazio untuk kali pertama terdegradasi ke Serie B pada tahun 1961. Akan tetapi, Lazio hanya butuh waktu dua tahun untuk kembali ke Serie A. Setelah beberapa kali berada di papan tengah klasemen, Lazio kembali terdegradasi pada 1970–1971.

Ketika kembali ke Serie A pada tahun 1972–1973, Lazio secara mengejutkan menjadi penantang serius untuk meraih gelar Scudetto bagi Milan dan Juventus. Dengan bermodalkan pemain-pemain, seperti kapten Giuseppe Wilson,  gelandang Luciano Re Cecconi dan Mario Frustalupi, striker Giorgio Chinaglia, serta pelatih Tommaso Maestrelli, Lazio bisa bersaing di papan atas klasemen hingga hari terakhir musim kompetisi tahun itu.

Pada musim kompetisi berikutnya, Lazio meraih sukses besar pertamanya. Mereka untuk kali pertama memenangi gelar Scudetto Serie A pada musim kompetisi tahun 1973–1974 tersebut. Namun, kematian tragis Luciano Re Cecconi dan pelatih Tommaso Maestrelli, serta kepergian Chinaglia, menjadi pukulan telak bagi Lazio. Kemunculan Bruno Giordano selama periode ini bisa menjadi penghibur karena dia berhasil menjadi top scorer Liga pada 1979. Tahun itu Lazio mengakhiri kompetisi di posisi ke-8. Lazio kembali dipaksa terdegradasi ke Serie B pada 1980 akibat adanya skandal pengaturan pertandingan bersama AC Milan.

Selama tiga musim kompetisi, Lazio berada di divisi kedua kompetisi sepak bola Italia. Inilah periode tergelap sejarah Lazio. Baru pada tahun 1983 Lazio kembali ke Serie A. Pada musim berikutnya, Lazio harus berjuang keras hingga hari terakhir untuk menghindari degradasi. Musim kompetisi tahun 1984–1985 menjadi musim yang mengerikan bagi Lazio karena mereka hanya bisa meraih angka 15 dan berada di dasar klasemen. Pada tahun 1986, nilai Lazio dikurangi 9 angka karena skandal pengaturan skor yang melibatkan pemain Claudio Vinazzani.

Perjuangan keras menghindari degradasi dari Serie B harus dijalani Lazio pada musim kompetisi tahun tersebut. Dengan dipimpin pelatih Eugenio Fascetti, Lazio bisa menghindari degradasi ke Serie C setelah memenangi pertandingan playoff melawan Taranto dan Campobasso. Namun, hal ini menjadi titik balik dalam sejarah klub Lazio. Pada tahun 1988, Lazio kembali ke Serie A. Kedatangan Sergio Cragnotti pada tahun 1992 mengubah sejarah klub karena dia menanamkan investasi jangka panjang untuk para pemain baru agar tim bisa bersaing dalam memperebutkan gelar Scudetto.

Lazio menempati posisi kedua Serie A pada tahun 1995, ketiga pada tahun 1996,  dan keempat pada tahun 1997. Tahun 1999, Lazio hanya kalah satu angka dari Scudetto musim itu, Milan. Dengan pemain-pemain seperti Siniša Mihajlovic, Alessandro Nesta, Marcelo Salas, dan Pavel Nedved, Lazio akhirnya meraih Scudetto untuk kali kedua pada tahun 2000. Pada tahun itu Lazio juga memenangi Coppa Italia. Memenangi “double” (Serie A dan Coppa Italia) merupakan sebuah prestasi impresif dan langka untuk standar Italia. Tim pemenang ini dilatih oleh Sven-Göran Eriksson.

Pada periode ini Lazio memenangi Coppa Italia pada tahun 1998, 2000, dan 2004. Mereka juga memenangi UEFA Cup Winners' Cup terakhir pada tahun 1999. Tahun sebelumnya, Lazio mencapai final UEFA Cup, namun mereka dikalahkan Internazionale Milan dengan skor 0-3. Selain itu, Lazio memenangi Piala Super Italia sebanyak dua kali dan mengalahkan Manchester United pada tahun 1999 untuk memenangi Piala Super Eropa. Karena kehabisan dana, pencapaian Lazio memburuk pada tahun-tahun berikutnya.

Tahun 2002, skandal keuangan yang melibatkan Cragnotti dan perusahaan makanan multinasionalnya, Cirio, memaksa dia meninggalkan klub. Hal ini membuat Lazio terpaksa menjual kapten kesayangannya, Alessandro Nesta. Tahun 2004 wirausaha Claudio Lotito menguasai saham mayoritas Lazio. Di bawah pelatih Delio Rossi, Lazio lolos ke  UEFA Cup pada tahun 2006–2007. Namun, Lazio kemudian dikeluarkan dari kompetisi karena terlibat skandal pengaturan skor. Meskipun nilai mereka dikurangi, pada tahun 2006–2007 Lazio bisa mencapai posisi ketiga. Karena itu, mereka berhak mengikuti putaran kualifikasi UEFA Champions League.

Lazio lolos ke fase grup setelah mengalahkan Dinamo Bucharest. Namun, di fase grup Lazio berada di posisi buncit karena kalah bersaing dengan Real Madrid, Werder Bremen, dan Olympiacos. Di liga dalam negeri, keadaan tidak membaik. Sepanjang musim Lazio hanya berada di papan tengah klasemen. Akhirnya, Lazio mengakhiri kompetisi dengan berada di posisi ke-12 pada musim tahun 2006-2007 tersebut. Namun, pada musim tahun 2008–2009, Lazio memenangi Coppa Italia untuk kelima kalinya dengan mengalahkan Sampdoria di final.

Lazio mengawali musim tahun 2009–2010 dengan memperebutkan Supercoppa melawan Inter Milan di Beijing. Gol Matuzalem dan Rocchi memenangkan Lazio dengan skor 2-1. Ultras dan Derby della Capitale, jumlah pendukung Lazio merupakan yang terbanyak keenam di Italia dan terbanyak kedua di Roma. Menurut riset dari harian umum berpengaruh la Repubblica pada Agustus 2008, 2 persen penggemar sepak bola Italia mendukung Lazio. Irriducibili Lazio yang dibentuk pada tahun 1987 merupakan kelompok ultras (supporter fanatik) terbesar klub Lazio.

Lazio memiliki sejarah rivalitas yang panjang dengan A.S. Roma, yakni sejak masa rezim Fasis pada akhir tahun 1920-an. Pertandingan antara Lazio dan Roma dijuluki Derby della Capitale (Derby Ibu Kota atau Derby Roma) sejak 1929. Derby della Capitale disebut-sebut sebagai salah satu rivalitas sepak bola paling panas dan emosional di dunia. Seorang pendukung Lazio, Vincenzo Paparelli, tewas pada sebuah derby musim 1979-1980 setelah matanya terkena kembang api yang dilempar oleh seorang pendukung Roma.
Unduh Adobe Flash player
Patut saya ucapkan terima kasih kepada sobat, atas kunjungannya ke Jago Copy Blogspot
  • Oya Sobat Qu, Jangan lupa Komentarnya, Like Facebook Jago Copy dan Follow Twitter saya ya.. dibawa ini

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya

    Lintas Islam

    Selengkapnya »

    Informasi

    Selengkapnya »

    Lintas Budaya

    Selengkapnya »

    Lintas Makalah

    Selengkapnya »
     

    Followers

    Copyright © JAGO COPY BLOGSPOT | All Right Reserved.
    Template By Ervanda.info
    Bloggers - Meet Millions of BloggersHosting Gratis