HOME
HEADLINE NEWS :
 

Senin

Belajar Menjadi orangtua yang selalu tegar Dalama Semua Kondisi

0 komentar
JCB_ Orangtua adalah sosok pengayom, pelindung, tempat kembali bagi seorang anak disaat suasana luar rumah terasa begitu panas. Didekat orangtua, semua menjadi begitu dingin dan menyejukkan. Orangtua akan dengan sangat lapang dada menerima keluhan atau apapun yang menjadi masalah bagi sang anak. Hal ini bisa terjadi kapanpun bahkan setelah sang anak sudah memulai rumah tangganya sendiri.   
Itu adalah kondisi ideal, saat kehidupan berjalan dengan normal. Saat tidak ada masalah yang menjerat. Namun, bagaimana jika tiba-tiba sang anak terlibat dalam suatu masalah yang melanggar tata nilai, atau etika yang ada dalam masyarakatnya, seperti misalnya terlibat dalam narkoba?
Tak banyak orangtua yang menyiapkan diri untuk semua ini. Maka, ketika masalah ini datang, mereka malu, berusaha menutup-nutupi, atau bahkan tak jarang yang meninggalkan anaknya bergulat sendirian menghadapi masalah tersebut. Bukan karena orangtua tak lagi sayang kepada si anak, namun rasa malu yang besar menutup rasa sayang di hati, karena menjadi pencandu narkoba misalnya, merupakan aib tersendiri.
Adalah Iffet Veceha Siddharta, atau yang biasa di kenal dengan nama Bunda Iffet, sosok yang memberi kita gambaran dengan cukup jelas bagaimana menyikapi “aib” yang sedang menimpa anak-anaknya dalam group band Slank, Bim-Bim, Kaka, dan Ivan, dari jerat narkoba.
Siapa yang tidak mengenal Slank? Hampir semua anak muda mengenalnya, bahkan tak jarang menjadikannya sebagai panutan. Namun, sayang salah group band terbaik tanah air ini pernah selama bertahun-tahun terjerat dalam dunia kelam narkoba, bahkan bisa dibilang sudah cukup akut. Perkenalan dengan narkoba pertama kali di pulau Bali oleh Bim-Bim dan Kaka akhirnya menjadikan mereka ketagihan dan mencandu. Barangkali, banyak yang tahu Slank, namun tak banyak yang tahu bagaimana narkoba telah menjadikan group band ini mengalami gonjang-ganjing, mulai dari keluarnya tiga orang personil mereka sekaligus, Pay, Indra Q, dan Bongky sampai dengan momen-momen menegangkan dan mencemaskan ketika tiga orang personilnya, Bim-Bim, Kaka, atau Ivan, kehabisan “vitamin” mereka saat menjalani tur. Bisa dibilang, narkoba sempat membawa mereka menuju titik nadir yang hanya menyediakan dua pilihan, penjara atau mati.
Dan, hal ini sangat disadari betul oleh Bunda Iffet. Maka, sang Bunda pun memutuskan untuk terlibat secara langsung mengurusi Slank, setelah sebelumnya lebih banyak menempakan diri di luar. Bunda pun harus rela dengan mata telanjang menyaksikan sendiri bagaimana anak-anaknya tersebut mengalami “sakit” akibat persediaan “vitamin” yang habis, harus rela “dikasari” oleh bahkan anak kandungnya sendiri, Bim-Bim, yang sedang berada dalam pengaruh narkoba. Bahkan, dalam satu kesempatan tur di Bojonegoro, harus rela menjemput “maksiat” ke Surabaya karena Bim-Bim tak mau tampil ke atas panggung akibat “obat suplemennya” habis. Namun, apakah semua ini menjadikan Bunda menjauh dan mencampakkan mereka?
Tidak. Bunda sangat menyadari bahwa masa depan mereka perlu diselamatkan, mereka perlu didekati dan diberi curahan kasih sayang, yang mungkin melebihi kasih sayang saat mereka hidup normal. Namun, Bunda juga sadar bahwa cara terbaik untuk menyelamatkan mereka dari jerat amukan narkoba bukan dengan memaksa mereka berhenti seketika, dengan misalnya mengikuti program rehabilitasi. Semua harus dilakukan dengan cara yang lembut. Dan, hasilnya memasuki millennium baru, Slank pun bersih dari narkoba.
Buku ini menceritakan dengan jelas perjalanan Bunda dalam membebaskan Slank dari narkoba, yang lebih tepat saya sebut, perjalanan spiritual Bunda. Tergambar dengan jelas bagaimana kasih dan sayang orangtua adalah obat paling mujarab yang diberikan Tuhan. Alih-alih mencampakkan, menjauh, atau membalas marah dengan marah saat tahu Slank masuk dalam kubang hitam adiksi, Bunda mendekati mereka, mencurahkan kasih sayangnya, dan tak lupa selalu mendoakan kesembuhan mereka.
 “Lebih dari sekedar kagum, aku tersentuh dan bangga. Tidak sebagaimana yang sering aku lihat dialami pecandu, Mama tak pernah mencampakkan kami. Beruntung aku mempunyai keluarga yang begitu mencintai diriku. Bukannya malu dan menutup-nutupi kalau kami ini kecanduan, Mama malah mengakui kondisi kami dan membuka jalan agar kami bebas. Aku merasa seperti orang yang terlahir kembali.
Bagitulah pengakuan kekaguman Bim-Bim akan Bunda dan segala usaha untuk menyembuhkan Slank.
Satu gambaran nyata yang bisa kita jadikan contoh bagaimana menyikapi “aib” yang sedang menimpa anak-anak kita. Mungkin, bukan hanya narkoba, kasus lain pun pasti membutuhkan cara yang sama. Karena, keluarga atau orangtua adalah, sekali lagi, obat paling mujarab yang diberikan oleh Tuhan.
Jago Copy Blogspot (JCB)
Unduh Adobe Flash player
Patut saya ucapkan terima kasih kepada sobat, atas kunjungannya ke Jago Copy Blogspot
  • Oya Sobat Qu, Jangan lupa Komentarnya, Like Facebook Jago Copy dan Follow Twitter saya ya.. dibawa ini

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya

    Lintas Islam

    Selengkapnya »

    Informasi

    Selengkapnya »

    Lintas Budaya

    Selengkapnya »

    Lintas Makalah

    Selengkapnya »
     

    Followers

    Copyright © JAGO COPY BLOGSPOT | All Right Reserved.
    Template By Ervanda.info
    Bloggers - Meet Millions of BloggersHosting Gratis