JCB_ Perkembangan hidup kita sedikit
banyak di pengaruhi oleh faktor luar diri kita, faktor eksternal.
Peristiwa-peristiwa, pengalaman-pengalaman, dan konsekuensi-konsekuensi semua
memberi kontribusi dalam membentuk konsep diri kita. Mereka semua adalah ribuan
kejadian berbeda yang mempengaruhi cara kita melihat diri kita bahkan terkadang
cara kita berhubungan dengan dunia. Saat misalnya orang disekitar kita
ramai-ramai menggunakan gadget super canggih, kita pun turut melakukannya untuk
menghindari stigma gaptek dan kampungan. Saat teman-teman kelas kita asyik
berjejaring sosial, kita pun meniru hal serupa agar turut dikatakan anak gaul.
Secara sadar atau tidak, faktor eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar
pada kehidupan kita.
Meski begitu, pada dasarnya kita pun
memiliki kesempatan untuk melakukan pemilihan kritis. Terbentang pilihan yang
bisa kita ambil, yang tidak hanya satu, bisa jadi puluhan, ratusan, atau
ribuan. Kita bisa memilih apa yang akan kita tonton sehari-hari, rumah seperti
apa yang akan kita tempati, gaya hidup seperti apa yang kita jalani, dan
ribuan pilihan yang lain. Lagi-lagi, ini adalah sebuah pilihan kritis,
yang semuanya berpulang kepada kita.
Pilihan kritis ini berpusat pada
dalam diri kita, faktor internal. Pilihan kritis adalah proses tarik menarik
yang terjadi dalam diri kita, sebuah dialog internal yang terjadi berdasar pada
stimulus-stimulus dari faktor eksternal. Kita bisa memilih untuk menciptakan
gelombang kehidupan kita sendiri atau tengelam dalam gelombang kehidupan orang
lain.
Memahami
diri sendiri
Gelombang kehidupan diluar kita
seringkali secara tidak sadar menyeret kita pada pusaran kehidupan yang
sebenarnya kita sendiri tidak pernah menginginkannya. Kita ikut agar tetap
tergabung dalam suatu kelompok mayoritas karena ketakutan kita untuk menjadi
yang berbeda dari yang lain. Puaskah? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Saat
kita tersibukkan oleh hiruk pikuk aktifitas kita, dan melihat bahwa kita sama
dengan yang lain, bisa jadi kita akan puas. Namun, saat kita ada dalam
kesendirian, dan saat mencoba merenungkan perjalanan hidup kita, tiba-tiba kita
tersadar telah jauh berjalan dari garis yang kita tetapkan. Maka, tak bisa
dipungkiri bahwa untuk menjalani kehidupan ini kita membutuhkan dialog
internal, berdialog dengan diri sendiri.
Berdialog dengan diri sendiri adalah
sebuah percakapan dengan diri sendiri dalam rangka memahami apa keinginan kita.
Dialog ini akan memunculkan sebuah persepsi tentang diri kita, seperti apa kita
dalam pemikiran kita. Bahkan, dialog ini memunculkan adanya perubahan
psikologis yang mengakibatkan adanya reaksi fisik.
Pada dasarnya, kita bisa melakukan
dialog dengan diri sendiri kapan saja, dalam ramai, atau sepi, dalam sibuk atau
tidak, karena dialog ini bersifat konstan. Setiap peristiwa dan kejadian yang
ada diluar diri kita menjadi sebuah stimulus munculnya dialog internal ini.
Hanya, seringkali karena kuatnya pusaran diluar diri kita, kita
mengesampingkan, atau bahkan melupakannya sehingga proses memahami diri sendiri
pun menjadi tersendat, atau bahkan seperti tak pernah terjadi.
Ketika dihadapkan kepada krisis,
orang yang berkarakter akan bersandar pada dirinya sendiri
- Charles De
Gaulle
Jago
Copy Blogspot (JCB)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya