HOME
HEADLINE NEWS :
 

Rabu

Meningkatkan Energi Positif Untuk Kehidupan Yang Positif

0 komentar
Malam Bina Iman dan Taqwa atau yang biasa di singkat menjadi MABIT, itulah kegiatan yang saya dan saudara-saudara seaqidah dan seperjuangan saya lakukan guna untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kami kepada Allah swt sekaligus sebagai sarana untuk menumbuhkan perasaan yang kuat antar masing-masing individu atau juga dikenal sebagai aktivitas untuk menumbuhkan syu’ur jama’iy tahun lalu.

Salah satu diantara aktivitas yang kami lakukan adalah mengikuti training seputar gerak dakwah, untuk menjadi aktivis yang semakin faham akan problematika umat. Karena salah satu hal yang tidak atau jarang dimiliki seseorang ketika mendapat masalah atau problematika adalah dia tidak tahu atau belum tahu bahwa dia ada masalah. Padahal rumus sederhana untuk mengetahui ada atau tidak adanya masalah adalah Tidak imbangnya antara keharusan dan kenyataan. Contoh sederhana, seorang bapak misalnya dia harus menafkahi keluarganya sebesar Rp.25.000,- per hari, namun ternyata faktanya dia hanya mampu memberikan uang belanja sebesar Rp. 15.000,- per hari. Maka ini adalah masalah. Sebuah masalah yang harus di carikan solusinya.

Contoh lain misalnya adalah tentang negara ini. Selama negara ini tidak menerapkan hukum-hukum Allah dalam setiap aktivitas berkehidupan berbangsa dan bernegara bukan berdasarkan dengan hukum syariat Islam, maka negara ini akan tetap mengalami masalah-dan masalah. Dan celakanya lagi adalah jika pemimpin atau orang-orang di negeri ini tidak tahu atau belum tahu bahwa mereka punya masalah, yakni masalah karena tidak berhukum terhadap hukum Allah.

Namun, ada hal lain dalam kajian training tersebut yang membuatku lama terdiam. Menerawang semua hal yang pernah terjadi dalam kepingan-kepingan kehidupanku. Khususnya kehidupan berumahtangga ketika pada hari Ahad 10/10/10 aku menggenapkan agama ini. Sebuah ujian yang menurutku sebuah teguran dariNya. Dan Alhamdulillah, aku bersyukur atas teguran itu.
Ditampilkan video dari seorang trainer terkenal di negeri ini bahkan se-Asia tenggara yang memberikan inspirasi seputar EPOS atau energy positif.

Beliau menjelaskan hal yang bernama hukum alam atau yang kita kenal dalam Islam yakni sunatullah. Semisal, api itu menghasilkan panas, jatuh pasti ke bawah, manusia tidak bisa terbang seperti burung dan lain-lain. Semua itu adalah sunatullah yang telah Allah ciptakan ketika Dia menciptakan alam semesta (al-Kauniy), manusia (al-Insan) dan kehidupan (al-Hayah). Kesemua itu adalah hal yang telah berlaku pada semua, tanpa memandang lagi apakah dia Muslim ataukah non Muslim.

Dan salah satu dari hukum alam itu adalah adanya energy postif dan negative. apa itu energy positif dan energy negative? penjelasan sederhananya adalah ketika seseorang melakukan sebuah kebaikan maka kebaikan itu akan menghasilkan yang namanya energy positif, dan jika seseorang melakukan sebuah amal keburukan, sebuah lawan dari amal kebajikan, maka hal tersebut akan menghasilkan sebuah energy yang bernama energy negative.

Energy apapun yang kita hasilkan dari perbuatan kita tadi (red = baik perbuatan baik dan buruk), maka energy tersebut akan tersimpan di dalam diri kita. Energy tersebut akan menjadi semacam “tabungan” di dalam tubuh kita. Dan yang namanya sebuah tabungan, maka ia bisa mencair atau dicairkan.

Di dalam surat al-Zalzalah (99) ayat yang ke 7 dan 8 yang artinya :
“Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa saja yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia pun akan melihat (balasan)-nya.”

Allah itu maha adil. Ayat di atas pun berlaku tidak hanya untuk kaum mukmin, kaum kafir pun juga akan diberikan kebaikan. Namun tentu bukan kebaikan syurga yang mereka dapatkan. Karena kebaikan mereka yang walau hanya sebesar dzarrah pun telah Allah segerakan balasanya di dunia. Ini sebagaimana yang diutarakan oleh Ibnu Abbas bahwa orang kafir tidak akan melihat kebaikan mereka sedikitpun di akhirat, karena kebaikan mereka telah Allah berikan semasa mereka hidup di dunia (lihat Abu Hayyan al-Anadalusi, Al-Bahr al muhith. Vol. 10, 524)

Sedangkan bagi seorang mukmin, maka selain di dunia, ia pun akan mendapatkan balasan perbuatannya di hari akhirat nanti. Baik balasan berupa kebaikan ataupun balasan keburukan, sesuai dengan apa yang dia telah kerjakan di dunia selama hidupnya.
Bahkan kita sebagai seorang mukmin diminta oleh Rasulullah saw untuk tidak meremehkan kebaikan sedikitpun, semisal sabda nya :
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikitpun, walau sekedar bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (HR. Muslim).

Maka mungkin jangan heran atau bertanya ketika melihat seorang atheis yang hidupnya serba berkecukupan, dengan membandingkan dengan seorang muslim yang taat beribadah kepada-Nya namun kehidupan seolah tidak berkecukupan dan selalu ditimpa oleh musibah-dan musibah. Bisa jadi, kita memang menjadi orang yang ahli ibadah kepada Allah, namun kita tidak menjadi seorang yang ahli dalam bermanfaat terhadap orang lain. Bisa jadi orang Atheis tadi selalu mendermakan hidupnya untuk menjadi bermanfaat kepada orang lain, sehingga Allah pun membalas kebaikan dia yang dia lakukan di dunia. Bisa jadi kita hanya sibuk dalam beramal kepada Allah dalam rangka hablum minallah, namun hablum minannas kita tidak ada atau kurang sama sekali. Padalah syariat Islam diturunkan untuk mengatur hubungan manusia dengan penciptanya (habluminallah), untuk mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (habluminannas) dan untuk mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri (habluminafsi).

Energy Positif Menghasilkan Kehidupan yang Positif

Sebagaimana yang di jelaskan di atas tadi, bahwa hukum alam atau sunatullah itu ada. Yang telah Allah cipatakan ketika dia menciptakan 3 unsur di muka bumi ini yakni alam semesta, manusia dan kehidupan. Salah satunya adalah adanya energy positif dan energy negative yang dihasilkan oleh setiap perbuatan manusia di dunia. Bagi orang kafir perbuatan baiknya akan dibalas di dunia, dan bagi orang mukmin selain insya Allah dibalas di dunia, maka dihari akhiratpun akan dibalas oleh Allah swt.

Mungkin kita bisa melihat dua contoh kisah nyata di bawah ini, yakni tukang becak dan seorang koruptor.

Ada seorang tukang becak yang memiliki ‘azzam atau tekad di dalam hatinya untuk dapat melengkapi rukun Islam yang ke lima yakni naik haji ke Makkah. Secara nalar akal kita yang terbatas, akan sangat mustahil bagi seorang tukang becak untuk dapat naik haji. Namun lihatlah faktanya, akhirnya dia dan isterinya bisa berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji tersebut. Bagaimana bisa? Pertanyaan yang bagus.

Jawabannya adalah, karena tukang becak ini selalu berinfak kepada Allah khusus di hari jum’at. Apakah dia menginfakan uang? Jawabanya adalah bukan. Lantas apa yang dia infakan di hari jum’at? Maka ketahuilah bahwa bapak tukang becak ini menginfakan tenaganya dalam mengayuh becak tersebut secara gratis khusus di hari jum’at, dengan hanya meminta imbalan kepada orang yang memakai jasa becak dia dengan mendo’akan dia agar bisa naik haji.

Ternyata suatu saat, ada seorang pengusaha kaya yang menjadi pamakai jasa becaknya di hari jum’at. Ketika bapak ini mau membayar jasanya, maka tukang becak ini dengan sopannya menolak bayaran tersebut dan hanya mengatakan, “maaf Pak, seperti biasa setiap hari jum’at saya tidak menerima bayaran dari jasa menarik becak ini, namun saya hanya minta di do’akan agar saya dan keluarga saya bisa naik haji,” mendengar penjelasan bapak tukang becak itu maka pengusaha kaya ini akhirnya mendaftarkannya ke kuota pemberangkatan jama’ah haji. Subhanallah.

Bapak tukang becak tersebut telah menghasilkan sebuah energy positif dengan menginfakan tenaganya setiap hari jum’at untuk mengantar para pemakai jasanya secara gratis, dan dia pun mendapatkan kebaikan dari energy positif tersebut.
Lain lagi dengan seorang bapak yang pernah berbuat keburukan. Dan dia tidak mempercayai yang namanya balasan dari setiap perbuatan baik maupun perbuatan buruk, bahkan ketika di sodorkan dalil pun sang bapak tersebut tidak mau percaya.
Pada suatu ketika sang bapak ini melakukan sebuah keburukan dengan menerima uang ya g tidak halal sebesar Rp. 526.000.000,-. Uang tersebut dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan salah satunya adalah untuk biaya kuliah anaknya di Australia.

Suatu saat anak bapak ini terjerat dengan kejahatan bernaman narkotika. Dan ini terjadi di tempat dia kuliah yakni di Australia. Akhirnya anaknya tersebut dia bawa pulang ke Indonesia dan dia obati, dan Alhamdulillah sembuh. Setelah sembuh, anaknya ini minta berlibur ke Amerika. Ayahnya pun membolehkan dan memberikan tiket serta uang bagi anaknya ini untuk berlibur ke sana. Namun malang, di negeri tersebut sang anak bertemu dengan teman lamanya dulu di Australia dan menawarkan lagi barang haram tersebut. Sang anak itu menolak. Karena menolak, maka anak tersebut di suntik oleh temannya, hingga kembali mengidap penyakit kecanduan. Dan apakah anda mau tahu dana yang sang ayah gunakan untuk mengobati sang anak agar sembuh kembali? Biayanya sama persis dengan uang yang dia terima secara tidak halal dulu yakni sebasar Rp. 526.000.000,-.Itulah balasan dari energy negative yang bapak tersebut lakukan.

Sebenarnya masih banyak kisah-kisah nyata yang bisa kita jadikan pelajaran, namun saya fikir, cukuplah kisah pribadi saya yang menutup tulisan yang berjudul “Energi Positif Untuk Kehidupan yang Posistif” ini.

Ahad 10 Oktober 2010 saya mempersunting seorang wanita yang insya Allah termasuk wanita shalihah untuk menggenapkan separuh agama ini. Sehingga lengkaplah sudah dan tinggal menjaga separuhnya lagi.

Pernikahan saya termasuk pernikahan yang sederhana. Sederhana dalam arti tidak bermewah-mewah, tidak diadakan di gedung apalagi dengan pesta meriah lainnya. Akad nikah yang diadakan di sebuah Masjid dengan biaya pribadi saya sendiri. Dari biaya infaq untuk masjid, biaya administrasi di KUA, biaya nasi kotak buat di masjid, hingga biaya untuk menjamu sedikit tetangga sekitar rumah. Alhamdulillah, pernikahan kami tidak merepotkan baik dari pihak keluarga saya maupun dari pihak keluarga wanita. Tentu ini tidak terlepas dengan adanya penjelasan kepada pihak keluarga wanita pada saat mengkhitbah terkait acara akad maupun jamuan untuk walimatul ‘ursy nanti. Yakni walaupun hemat dana yang penting syar’iy. Iya kan hehe.

Setelah selesai acara pernikahan tersebut, maka isteri saya mengambil kotak uang. Karena dana pernikahan tersebut murni dari saya pribadi, maka ibu mertua saya tidak mengambil kotak itu dan menyerahkannya kepada kami. Katanya buat biaya hidup ke depan hehe. :-D

Apakah anda mau tahu berapa uang yang terkumpul di dalam kotak uang itu? Saya tidak perlu menyebut jumlahnya. Namun di sini saya cuma mau bilang bahwa jumlah uang tersebut setara dengan biaya yang saya keluarkan untuk mengadakan resepsi sederhana tersebut. Subhanallah, walhamdulillah, Allahu Akbar.
Kemudian, Alhamdulillah isteri saya hamil, dan kehamilannya pada waktu itu mulai masuk ke 3 bulan. Namun rupanya Allah berkendak lain. Kandungan isteri saya tidak menjadi janin, dalam istilah medis dikenal dengan sebutan Blighted Ovum. Dan dokter menyarankan agar dilakukan proses kuretase (mengeluarkan plasenta yang tidak menjadi janin tersebut). Saya pun bertanya kepada bagian administrasi berapa biaya untuk proses kuretase tersebut. Petugas tersebut menjawab sekitar RP. 2.500.000,- belum termasuk biaya kamar dan lainnya.

“apa???” teriak saya dalam hati.

Kemudian kami pulang ke rumah. Saya masuk kamar dan isteri pun masuk kamar. Di berbaring di punda saya dan terdengar isak tangis yang dalam.

Saya kemudian berkata, “sabar sayang, Allah masih belum berkenan memberikan amanah kepada kita untuk memiliki seorang anak, sabar ya,” bisikku kepadanya.

Namun kemudian saya mendengar isak tangisnya semakin kuat. kemudian saya bertanya lagi.

“apa yang membuatmu menangis, apakah karena kandungan yang tidak jadi tersebut,” dia jawab dengan gelengan kepala. Saya pun lantas bingung, apa yang membuat dia semakin menangis.
Namun tak lama kemudian saya tahu penyebabnya. Tidak lain adalah biaya kuret tersebut. Biaya yang menurut saya cukup mahal.
Dia menangis karena tahu bahwa biaya kuret yang dia dengar dari petugas admin tadi tidaklah kami punya. Karena uang yang saya punya pada waktu itu Cuma Rp. 900.000,- dan kebetulan masih di pertangahan bulan. Kemanakah saya harus mencari dana tambahan untuk biaya kuret tersebut? Saya hanya diam dalam do’a dalam hati. Akhirnya saya menelpon musyrif dan menjelaskan masalah yang saya hadapi. Dan Alhamdulillah dalam waktu kurang dari 20 menit beliau menelpon balik dan menyuruh saya untuk mengambil uang tersebut di depan Gang rumah.
Akhirnya dengan uang yang saya pinjam tersebut, isteri bisa melakukan proses kuretase. Alhamdulillah.

Mungkin anda bertanya, apa hubungan cerita proses kuretase tersebut dengan energy negative sebagaimana yang saya uraikan di atas?

Sebenarnya sebelum isteri saya hamil tersebut, saya telah membeli sebuah sepeda motor, sepeda motor second milik mertua saya yang mau dijual. Dan saya yang membeli motor tersebut. Karena memang saya memerlukan sepeda motor untuk menunjang operasional saya dalam berkerja. Karena saya fikir urgent maka saya gunakan uang yang seharusnya saya gunakan untuk membayar infaq untuk membeli sebuah rumah yang nantinya akan di gunakan sebagai tempat beraktivitas dakwah. Memang batas waktu pembayaran masih lama, jadi itu yang menjadi pertimbangan saya, bahwa uang tersebut saya gunakan dulu untuk membayar motor yang saya beli dan bulan depan mulai menabung untuk mencicil uang infaq tersebut. Dan Alhamdulillah sudah terkumpul Rp. 500.000,- (dari Rp. 900.000,- yang saya punya waktu itu) karena Rp. 400.000,- nya untuk biaya hidup menunggu gajian di bulan depan.

Sampai akhirnya kemudian terjadi kegagalan janin tersebut yang tidak berkembang (Blighted Ovum) pada isetri saya. Dan tahukah anda berapa biaya kuret tersebut? Biayanya sama dengan nominal uang infaq yang saya pakai untuk membeli sepeda motor tersebut.
Saya kemudian merenung, mungkin inilah teguran dari Allah, yakni jangan menunda-nunda dalam berbuat kebaikan. Menunda kebaikan akan mengakibatkan energy negative yang akan menghasilkan balasan yang juga negative. pun sebaliknnya. Maka, mari kita gunakan hidup kita untuk selalu berbuat kebajikan terhadap sesama. Bahkan tidak menyepelekan kebaikan sedikitpun walau hanya dengan tersenyum kepada orang lain, baik dia muslim maupun non muslim.

Wallahu A’lam bis showab. []
Sujmber : http://www.eramuslim.com/oase-iman/adi-victoria-energi-positif-untuk-kehidupan-yang-positif.htm
Unduh Adobe Flash player
Patut saya ucapkan terima kasih kepada sobat, atas kunjungannya ke Jago Copy Blogspot
  • Oya Sobat Qu, Jangan lupa Komentarnya, Like Facebook Jago Copy dan Follow Twitter saya ya.. dibawa ini

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya

    Lintas Islam

    Selengkapnya »

    Informasi

    Selengkapnya »

    Lintas Budaya

    Selengkapnya »

    Lintas Makalah

    Selengkapnya »
     

    Followers

    Copyright © JAGO COPY BLOGSPOT | All Right Reserved.
    Template By Ervanda.info
    Bloggers - Meet Millions of BloggersHosting Gratis