Ramang dan Klub
Tahun 1947, legenda sepak bola Indonesia ini bermain untuk PSM Makassar yang ketika itu masih bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Awal kariernya dimulai ketika ia bergabung dengan Persatuan Sepak Bola Induk Sulawesi (Persis) dimana ia ikut sebuah kompetisi PSM.
Dalam sebuah pertandingan, klubnya tersebut berhasil menang sangat telak 9-0 sehingga PSM pun kepincut untuk merekrutnya. Bakat Ramang yang lihai mengolah si kulit bundar memang secara genetik diturunkan dari sang ayah yang pandai olahraga sepak raga.
Ramang dan Timnas
Kisah Ramang mampu menembus Jakarta yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan berawal dari tahun 1952 dimana ketika itu ia ditunjuk untuk menggantikan seorang temannya untuk mengikuti sesi latihan di Jakarta. Kecerdikan dan kepiawaiannya dalam mengolah bola membuatnya lolos seleksi dan terpilih untuk memperkuat tim nasional.
Bersama Suardi Arland dan Nursalam di posisi kiri timnas, Ramang menempati gelandang dengan penampilannya yang selalu ciamik. Ramang menjadi pemain yang sangat disegani dan ditakuti lawan.
Tahun 1954, PSSI melawat ke berbagai negara di Asia semisal Hongkong, Muangthai (Thailand), Malaysia. Dari berbagai pertandingan yang dijalani, PSSI selalu berhasil membukukan kemenangan dengan skor-skor yang mencolok.
Dari 25 gol yang dicetak ketika itu, PSSI hanya kemasukan 6 gol saja. Dan yang funtastis, Ramang mampu menyumbangkan 19 gol untuk Indonesia.
Didukung prestasinya tersebut, Indonesia mampu unjuk taring di level sepak bola Asia. Mungkin karena itu, beberapa klub-klub dari Eropa ingin merasakan bermain dengan PSSI yang namanya sudah mulai cemerlang.
Maka, tak kurang dari negara semacam Yugoslavia yang ketika itu dipenjaga gawangi oleh Beara sebagai salah satu kiper terbaik dunia. Dan Rusia yang dihuni kipper terbaiknya Lev Jashin, dan pemain jitu lain seperti Grasshopers, Bubukin, dan Roger Vollentein ingin merasakan bertanding dengan PSSI dimana Ramang bermain didalamnya.
Ramang dan Tendangan Salto
Masing-masing pemain mempunyai ciri khasnya masing-masing. Demikian juga dengan Ramang. Sebagai bekas pemain sepak raga yang andal, rupanya kemampuan tersebut sangat menunjang karier profesionalnya di dunia sepak bola. Ramang dikenal sebagai jago tembakan salto.
Gol-gol yang indah dan menawan kerap ditunjukkan Ramang tatkala PSSI melibas lawan-lawannya. Salah satunya tercipta ketika melawan RRC yang berkesudahan 2-0. Tak hanya itu, Ramang memborong kedua gol tersebut.
Ramang dan Karier Kepelatihan
Sayangnya karier Ramang bisa di bilang sangat singkat. Tepat di tahun 1960, Ramang dijatuhi skorsing karena dituduh menerima suap. Tahun 1962, Ramang dipanggil kembali namun pamor dan karier cemerlang yang dibangunnya tersebut tak terulang. Sehingga pada tahun 1968, disaat usianya menginjak 40-an tahun ia membela PSM untuk yang terakhir kalinya, dan lebih ironis karena berakhir dengan kekalahan. Setelah itu, praktis ia hanya duduk sebagai pelatih di Blitar.
Selain di Blitar, Ramang juga sempat melatih klub yang lama dibelanya, yakni PSM dan Persipal, Palu. Namun, menjadi pelatih ternyata membawa kesulitan tersendiri bagi Ramang karena ia tak menguasai teori-teori kepelatihan layaknya pelatih profesional.
Ia pun disingkirkan secara perlahan hanya karena tidak memiliki selembar ijazah kepelatihan. Dalam melatih, Ramang hanya memadukan pengalaman dan sedikit teori yang pernah ia dapatkan dari Tony Pogacknis, mantan pelatihnya di PSSI.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan, Jangan lupa komentarnya